Tanpa kita sadari, ternyata penyu dapat menangkal efek dari pemanasan global. ini dia..
NICOSIA - Sebuah riset menemukan bahwa kebiasaan kawin penyu bisa membantunya melindungi diri dari efek perubahan iklim. Meskipun perubahan iklim masih ancaman terbesar untuk penyu, namun riset ini bisa membuat usaha konservasi menentukan area prioritasnya.
Pemanasan global mengancam populasi penyu hijau yang langka karena bisa memicu ketidakseimbangan jumlah kelahiran jantan dan betina. Seperti dilansir Science Daily, Kamis (26/1/2012), jenis kelamin bayi penyu ditentukan oleh suhu pada masa inkubasi. Suhu yang lebih hangat akan meningkatkan jumlah penyu betina yang lahir.
Dengan suhu rata-rata global yang lebih tinggi, ini berarti keturunan dari beberapa populasi penyu akan didominasi oleh betina. Di sinilah ancama terhadap masa depan penyu muncul. Ada kekhawatiran bahwa perkawinan sejenis yang timbul karena kekurangan penyu jantan akan menimbulkan masalah kesehatan.
Riset difokuskan pada sebuah populasi penyu hijau (Chelonia mydas), yang bersarang di Northen Cyprus. Karena tingginya suhu musim panas wilayyah tersebut, 95 persen bayi yang menetas berjenis kelamin betina. Kemudian, para peneliti melakukan tes DNA untuk mengetahui ayah dari bayi-bayi penyu itu.
Berbeda dengan yang diharapkan, ternyata tes DNA tersebut menunjukkan sejumlah besar perkawinan dengan penyu jantan. Mereka menemukan setidaknya ada 28 penyu jantan yang mengawini 20 penyu betina, dan setiap bayi penyu bisa memiliki lebih dari satu Ayah. Ini mengindikasikan satu penyu jantan kawin dengan beberapa penyu betina dalam waktu yang berbeda. Ini berarti kesempatan untuk perkawinan sejenis jadi berkurang.
"Rasanya begitu mengagumkan untuk mengetahui di populasi penyu hijau ini ada begitu banyak pejantan yang menjadi Ayah. Ada kekhatiran besar bahwa kurangnya pejantan pada populasi kecil penyu laut dapat memicu perkawinan sejenis, ini berpotensi menghancurkan populasi," terang Lucy Wright, pimpinan riset dari University of Exeter Biosciences PhD.
"Namun, mengingat tidak seimbangnya perbandingan jumlah penyu betina yang menetas, riset kami menunjukkan bahwa ada banyak pejantan di luar sana, dan pola kawin mereka akan mendorong jumlah populasi untuk menangkan efek perubahan iklim," tambahnya.
Penelitian gabungan ini melibatkan tim dari University od Exeter (Inggris), University of Lefke (Turkey), dan North Cyprus Society for Protection of Turtles.
Pemanasan global mengancam populasi penyu hijau yang langka karena bisa memicu ketidakseimbangan jumlah kelahiran jantan dan betina. Seperti dilansir Science Daily, Kamis (26/1/2012), jenis kelamin bayi penyu ditentukan oleh suhu pada masa inkubasi. Suhu yang lebih hangat akan meningkatkan jumlah penyu betina yang lahir.
Dengan suhu rata-rata global yang lebih tinggi, ini berarti keturunan dari beberapa populasi penyu akan didominasi oleh betina. Di sinilah ancama terhadap masa depan penyu muncul. Ada kekhawatiran bahwa perkawinan sejenis yang timbul karena kekurangan penyu jantan akan menimbulkan masalah kesehatan.
Riset difokuskan pada sebuah populasi penyu hijau (Chelonia mydas), yang bersarang di Northen Cyprus. Karena tingginya suhu musim panas wilayyah tersebut, 95 persen bayi yang menetas berjenis kelamin betina. Kemudian, para peneliti melakukan tes DNA untuk mengetahui ayah dari bayi-bayi penyu itu.
Berbeda dengan yang diharapkan, ternyata tes DNA tersebut menunjukkan sejumlah besar perkawinan dengan penyu jantan. Mereka menemukan setidaknya ada 28 penyu jantan yang mengawini 20 penyu betina, dan setiap bayi penyu bisa memiliki lebih dari satu Ayah. Ini mengindikasikan satu penyu jantan kawin dengan beberapa penyu betina dalam waktu yang berbeda. Ini berarti kesempatan untuk perkawinan sejenis jadi berkurang.
"Rasanya begitu mengagumkan untuk mengetahui di populasi penyu hijau ini ada begitu banyak pejantan yang menjadi Ayah. Ada kekhatiran besar bahwa kurangnya pejantan pada populasi kecil penyu laut dapat memicu perkawinan sejenis, ini berpotensi menghancurkan populasi," terang Lucy Wright, pimpinan riset dari University of Exeter Biosciences PhD.
"Namun, mengingat tidak seimbangnya perbandingan jumlah penyu betina yang menetas, riset kami menunjukkan bahwa ada banyak pejantan di luar sana, dan pola kawin mereka akan mendorong jumlah populasi untuk menangkan efek perubahan iklim," tambahnya.
Penelitian gabungan ini melibatkan tim dari University od Exeter (Inggris), University of Lefke (Turkey), dan North Cyprus Society for Protection of Turtles.
Semoga bermanfaat :-)
0 komentar:
Posting Komentar